LOGO,POSTER DAN BANNER

  LOGO


POSTER




BANNER


Makna dari Logo,Poster dan Banner yaitu:

  • Warna Hijau Terang: Warna ini sering bisa diartikan untuk bahan-bahan segar atau alami yang digunakan dalam bahan makanan .
  • Warna Cokelat: Warna cokelat digunakan untuk teks utama "Dapoer Eksis" dan "Jajanan Jadoel". Cokelat sering melambangkan kenyamanan, kelezatan, dan kualitas premium, terutama untuk makanan penutup dan roti.
  • Desain Lingkaran: Teks utama ditempatkan di dalam bentuk lingkaran, yang dapat melambangkan kebersamaan, keutuhan, dan stabilitas, menciptakan kesan yang ramah dan konsisten.
  • Huruf DE dalam Lingkaran Hijau: Inisial nama bisnis ("Dapoer Eksis") berfungsi sebagai simbol merek yang ringkas dan mudah diingat.


0 Comments:

Menu D'Eksis


Warung Ibu Eka dikenal sebagai tempat yang menyajikan berbagai kue tradisional khas buatan tangan. Beberapa di antaranya adalah kue cincin, untuk-untuk, bingka, pastel, bakpau, donat, dan roti goreng. 
Semua kue ini dibuat dengan cara tradisional untuk menjaga cita rasa yang konsisten, sehingga menjadi favorit para pelanggan.Selain menjual kue buatan sendiri, warung Ibu Eka juga menjadi tempat bagi warga sekitar untuk menitipkan produk merek

0 Comments:

Short Story D’Eksis


Berawal pada tahun 2018, Ibu Eka memulai usahanya dari dapur kecil di rumah dengan berjualan kue cincin menggunakan sistem pre-order. Pada masa itu, ia belum memiliki warung Eka memasarkan produknya melalui media sosial serta pesan pribadi ke teman-teman dekat. Meski begitu, kue cincin buatannya memiliki ciri khas tersendiri karena pembuatannya masih menggunakan system tradisional dengan cara menggiling beras secara manual untuk membuat tepung berasnya, jadi Ibu Eka tidak menggunakan Tepung Beras instan yang biasanya di jual pada supermarket umum lainnya. Tak heran jika dalam waktu singkat, banyak pelanggan mulai menyukai produk buatannya. Pesanan kue cincin yang awalnya hanya beberapa bungkus pun perlahan bertambah menjadi puluhan setiap minggu.

 Melihat antusiasme pelanggan yang semakin besar, Ibu Eka merasa usahanya memiliki potensi untuk berkembang. Maka pada tahun 2021, ia memberanikan diri membuka sebuah warung kecil. Pembukaan warung ini menjadi langkah besar yang mengubah perjalanan usahanya. Tidak hanya kue cincin, ia mulai menambah ragam menu seperti nasi kuning, untuk-untuk, bingka, pastel, bakpau, donat, dan roti goreng. Setiap pagi, aroma masakannya selalu mengundang perhatian warga sekitar yang lewat. Warung Ibu Eka pun perlahan menjadi tempat favorit bagi banyak orang, terutama mereka yang ingin membeli sarapan atau sekadar mencari jajanan tradisional yang enak dan terjangkau.

 Namun, kesuksesan ini datang bersama tantangan baru. Menambah banyak menu berarti menambah pekerjaan yang harus ia lakukan seorang diri. Setiap hari, Ibu Eka harus bangun lebih awal untuk menyiapkan bahan, memasak, mengemas, hingga membuka warung dan melayani pembeli. Waktu yang terbatas membuatnya kewalahan. Dengan mempertimbangkan beban kerja dan jumlah peminat, ia akhirnya memutuskan untuk menghentikan penjualan nasi kuning, karena menu tersebut memerlukan proses persiapan yang jauh lebih panjang dibanding jajanan lain, sementara peminatnya tidak sebanyak yang ia harapkan.

 Tidak ingin berhenti berkembang, Ibu Eka kemudian mencoba membuka warung kopi sebagai bentuk inovasi usaha. Warung kopi tersebut cepat menarik perhatian wargadan banyak orang datang untuk menikmati kopi hangat, berbincang, atau hanya singgah sejenak. Suasana warungnya yang ramai menunjukkan bahwa usahanya semakin dikenal. Namun, di balik keramaian itu muncul masalah baru, yaitu kurangnya pengawasan. Karena pengunjung datang silih berganti, Ibu Eka kesulitan memantau seluruh area. Hingga suatu hari, warung kopinya mengalami aksi pencurian yang menyebabkan kerugian cukup besar. Kejadian ini membuat Ibu Eka sangat terpukul, sehingga ia harus memilih menutup warung kopi tersebut demi keamanan dan ketenangan.

 Meski menghadapi berbagai rintangan, Ibu Eka tidak menyerah. Ia kembali fokus pada hal yang paling ia kuasai sejak awal, yaitu membuat dan menjual aneka kue tradisional. Ia memperbaiki manajemen waktunya, meningkatkan kualitas produk, dan menjaga hubungan baik dengan para pelanggan. Perlahan tetapi pasti, usahanya kembali stabil. Banyak orang tetap setia membeli kue buatannya karena rasanya konsisten, segar, dan dibuat dengan sepenuh hati.

 Menariknya, warung Ibu Eka kini tidak hanya dikenal sebagai tempat membeli kue, tetapi juga menjadi ruang pemberdayaan kecil di lingkungan tersebut. Beberapa warga sekitar yang menitipkan jualan di warungnya. Hal ini menunjukkan bahwa warung Ibu Eka telah menjadi tempat yang dipercaya oleh banyak orang untuk menjual produk mereka. Selain membantu mereka mendapatkan penghasilan tambahan, keberadaan warung tersebut juga memperkaya variasi jajanan yang tersedia untuk para pelanggan.

 perjalanan usaha Ibu Eka yang dimulai dari dapur sederhana, berkembang menjadi warung, lalu menghadapi tantangan hingga bangkit Kembali. Menjadi gambaran nyata tentang ketekunan, keberanian, dan kerja keras. Ia mampu beradaptasi dalam berbagai keadaan, belajar dari setiap pengalaman, serta terus melangkah meski menghadapi hambatan. Kisahnya menginspirasi bahwa usaha kecil sekalipun bisa tumbuh besar jika dijalani dengan konsisten dan penuh dedikasi.

0 Comments:

Copyright © 2013 D'EKSIS and Blogger Themes.